Laporan Silvikultur Acara 1 (Media Tanam dan Perkecambahan)



I.                   PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Silvikultur merupakan cara-cara permudaan hutan secara alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Dalam pengertian lebih luas , silvikultur dapat disebut Ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari pembijian, persemaian, penanaman di lapangan, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya.
Teknik penyemaian secara langsung juga dapat mencabut anakan di alam (wildling). Benih yang jatuh di lantai hutan mudah berkecambah dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bibit. Pencabutan sebaiknya setelah turun hujan dengan cara mencabut bagian leher akar untuk menghindari kerusakan daerah perakaran. Pada lokasi persemaian yang tergolong jauh sebaiknya  cabutan/wildling dibungkus dalam karung basah atau pelepah pisang serta dapat menggunakan ice box. Tujuannya adalah menjaga kesegaran cabutan dan menjaga kelembapan selama pengangkutan dan kalau perlu di siram selama 4-6 jam sekali dengan air bersih. Cabutan di bentuk dengan memotong 2/3 daun, untuk mengurangi penguapan. Sebaiknya dalam melakukan persemaian menggunakan plastik atau polybag.
Keuntungan menggunakan polybag diantaranya yaitu biaya lebih murah untuk pembelian polybag dibandingkan pot, mudah dalam perawatan, pengontrolan/pengawasan per individu, tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara, tanaman terhindar dari banjir, tertular hama/penyakit, polybag mampu ditambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran, menghemat ruang dan tempat penanaman, komposisi media tanam dapat diatur, serta nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap oleh akar tanaman. Adapun kerugiannya adalah benda bermaterial plastik menyisakan masalah bagi lingkungan. Selain itu, kelemahan menggunakan polybag adalah polybag mempunyai daya tahan terbatas (maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam, kurang cocok untuk usaha skala besar, produktivitas tidak maksimal dibandingkan pada lahan, media tanam akan terkuras/berkurang unsur organik dan media lainnya.
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.  Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal. Ada benih yang mampu tumbuh tanpa skarifikasi, tetatpi ada pula yang memerlukan skarifikasi, baru dapat tumbuh. Skarifikasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu skarifikasi fisik, skafifikasi kimia, dan skarifikasi fisiologis untuk menentukan tipe skarifikasi yang tepat, tentunya harus dicermati sifat-sifat dari suatu benih. Suatu benih dapat mengalami dormansi yaitu suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
                                      






1.2.  Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum mata kuliah prinsip Silvikultur ini adalah:
1.      Agar mahasiswa mengerti cara pembuatan media tanam
2.      Agar mahasiswa mampu mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman mahoni.
1.3.  Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum silvikultur adalah mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui secara langsung cara-cara dalam melakukan persemaian, serta pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan semai mahoni dengan menggunakan tiga komposisi media tanah yang berbeda.














II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian Silvikultur
Silvikultur merupakan cara-cara mempermuda hutan secara alami dan buatan, serta pemeliharaan tegakan sepanjang hidupnya. Termasuk kedalam sivikultur ialah pengetian tentang persyaratan tapak atau tempat tumbuh pohon perilakunnya terhadap berbagai intensitas cahaya matahari, kemampuannya untuk tumbuh secara murni atau campuran, dan hal-hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan pohon. Jadi sangatlah pentig untuk mengetahui silvikultur masing-masing jenis pohon, sebelum kita dapat mengelolah suatu hutan dengn baik.
Silvikultur dapat dianalogikan dengan ilmu agronomi dan holtikultura di pertanian, karena silvikultur dapat juga membicarakan cara-cara membudidayakan tumbuhan,dalam hal pohon – pohon hutan . Dalam pengertian lebih luas , silvikultur dapat disebut Ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari pembijian , persemaian, penanaman lapangan, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya.
Sementara penulis, seperti Baker (1950) dan Hawley and Smith (1962), membagi ilmu silvikultur atas dua bagian, yaitu silvik dan silvikultur. Demikian pula pembagian tersebut dapat diartikan sebagai dasar teori silvik dan penerapan praktek silvikultur. Tanpa memahami dasar teori, memang sulit untuk mengembangkan penerapan sivikultur di lapangan.
Dengan uraian diatas, maka sekarang dapat diberikan batasan pengertian atau definisi istilah-istilah yang digunakan.
Silvik ialah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon dan tegakan hutan dalam kaitannya dengan factor-faktor lingkungannya. Sedangkan Silvikultur ialah ilmu dan seni menghasilkan dan memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silvik untuk memperlakukan hutan serta mengendalikan susunan dan pertumbuhannya.
2.2.  Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Jenis-jenis media tanam sangat banyak dan beragam. Apalagi dengan berkembangnya berbagai metode bercocok tanam, seperti hidroponik dan aeroponik.
Setiap jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik media tanam yang berbeda. Misalnya, tanaman buah membutuhkan karakter media tanam yang berbeda dengan tanaman sayuran. Tanaman buah memerlukan media tanam yang solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman yang relatif lebih besar, sementara jenis tanaman sayuran daun lebih memerlukan media tanam yang gembur dan mudah ditembus akar.
Media tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya tanaman dalam wadah pot atau polybag, media tanam dibuat sebagai pengganti tanah. Oleh karena itu, harus bisa menggantikan fungsi tanah bagi tanaman.
Media tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga sanggup menopang tanaman. Artinya, media tanam harus gembur sehingga akar tanaman bisa tumbuh baik dan sempurna, akan tetapi masih cukup solid memegang akar dan menopang batang agar tidak roboh. Apabila media terlalu gembur, pertumbuhan akar akan leluasa namun tanaman akan terlalu mudah tercerabut. Sebaliknya apabila terlalu padat, akar akan kesulitan untuk tumbuh.
2.      Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik.
3.      Media tanam harus bisa mempertahankan kelembaban tanah namun harus bisa membuang kelebihan air. Media tanam yang porous mempunyai rongga kosong antar materialnya. Media tersebut  bisa ditembus air, sehingga air tidak tergenang dalam pot atau polybag. Namun disisi lain ronga-rongga tersebut harus bisa menyerap air (higroskopis) untuk disimpan sebagai cadangan dan mempertahankan kelembaban.
4.      Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara ini bisa disediakan dari pupuk atau aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam media tanam.
5.      Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang terkandung dalam media tanam dapat menyerang tanaman dan menyebabkan kematian pada tanaman. Media tanam tidak harus steril karena banyak mikrooganisme tanah yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi tanaman, namun harus higienis dari bibit penyakit.
2.3.Pengukuran
2.3.1.      Pengukuran Pada Tingkat Perkecambahan Samapai Semai
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran (diantarnya volume, massa, dan tinggi) serta jumlah sel secara irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula). Pertumbuhan bersifat kuantitatif (dapat diukur) menggunakan auksanometer. Pertumbuhan terjadi karena pertambahan jumlah sel dan pembesaran sel. Proses ini terjadi akibat pembelahan mitosis pada jaringan bersifat meristematik. Contoh, pertambahan tinggi batang dan jumlah daun. Tumbuhnya tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.      Faktor luar
Faktor luar adalah materi atau hal-hal yang terdapat diluar tanaman yang berdampak pada tanaman itu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Termasuk ke dalam faktor luar adalah cahaya, temperatur, air, garam-garam mineral, iklim, gravitasi bumi, dan lain-lain.
1.      Nutrisi
Tumbuhan memerlukan unsur mineral dengan jumlah tertentu. Unsur yang diperlukan dalam jumlah banyak disebut unsur makro, sedangkan unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro.
2.      Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk melakukan fotosintesis, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan perkecambahan tumbuhan adalah menghambat, karena cahaya dapat menyebabkan terurainya auxin sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan apabila kita meletakkan dua kecambah, yang satu di tempat gelap dan yang lain di tempat terang. Dalam jangka waktu yang sama, kecambah di tempat gelap tumbuh lebih cepat tetapi tidak normal. Pertumbuhan yang amat cepat di dalam gelap ini disebut etiolasi.
3.   Suhu
Secara umum, suhu akan berpengaruh terhadap kerja enzim. Bila suhu terlalu tinggi, enzim akan rusak,  dan bila suhu terlalu rendah enzim menjadi tidak aktif.
4.      Kelembaban atau kadar air
Sampai pada batas-batas tertentu, makin tinggi kadar air, pertumbuhan akan makin cepat. Karena lebih banyak kadar air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimalnya.
b.      Faktor dalam
Selain faktor genetik, yang termasuk faktor-faktor dalam adalah hormon-hormon yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman. Hormon merupakan substansi yang dihasilkan oleh tumbuhan, biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit yang berfungsi secara fisiologis mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian dari tumbuhan.

III.             METODE PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum media tanam ini dilaksanakan selama ± 1 (satu) bualan di Kampus Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur.
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.      Alat
No.
Nama Alat
Fungsi
1.
Parang/pisau
Untuk memotong/mencincang eceng gondok
2.
Tresbag
Untuk menampung eceng gondok yang sudah di potong
3.
Polybag
Untuk semai bibit mahoni
4.
Tally sheet
Mencatat hasil pengukuran
5.
Ember
Untuk melarutkan EM4
6.
Kamera
Untuk mendokumentasi

3.2.2.      Bahan
No.
Nama
Fungsi
1.
Eceng gondok
Untuk dijadikan humus
2.
EM4 (Efective Microoganism)
Untuk mencampur eceng gondok supaya bisa hancur
3.
Tahi sapi
Sebagai pupuk
4.
Biji mahoni
Sebagai bibit yang ditanam
5.
Air bersih
Unutk pencampuran EM4
6.
Gula
Untuk pencampuran EM4 supaya bisa bereaksi
7.
Tanah
Sebagai media tanam


3.3.Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Potong eceng gondok kecil-kecil dengan parang atau pisau
3.      Campurkan eceng gondok yang sudah dipotong kecil-kecil dengan larutan EM4, kemudian masukan kedalam tresbag kemudian tresbag ditutup dan di simpan di tempat yang tertutup
4.      Campurkan tananh yang pertama (M1) dengan takaran 60% tanah, 30% eceng gondok, 10% tahi sapi, kemudian masukan kedalam 10 polybag
5.      Campurkan tanah yang kedua (M2) dengan takaran 50% tanah, 40% eceng gondok dan 10% tahi sapi, kemudian masukan kedalam 10 polybag
6.      Campurkan tanah yang ketiga (M3) dengan takaran 40% tanah, 50% eceng gondok, 10% tahi sapi, kemudian masukan kedalam 10 polybag
7.      Masukan tanah tanpa campuran  kedalam 10 polybag (M0)
8.      Tanam biji mahoni kedalam polybag yang sudah disiapkan.








IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Media Tanam
4.1.1.      Hasil
Hasil dari praktikum media tanam ini dapat dilihat pada gambar berikut.
4.1.2.      Pembahasan
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman penunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Beberapa media tanam yang dapat di gunakan dalam praktikum ini adalah campuran antara tanah, kotoran sapi,serbuk kayu, eceng gondok dan lain-lain.Tapi, pada praktek yang diadakan kali ini, hanya menggunakan Media tanam berupa tanah humus, kotoran sapi dan eceng gondok. Dalam membuat media tanam untuk persemaian sebaiknya menggunakan polybag. Keuntungan menggunaan polybag antara lain komposisi media dapat diatur, efesien dalam penyiraman, tanaman dapat berpindah-pindah, pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dan tidak memerlukan lahan yang luas, serta nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar secara optimal. Penentuan ukuran polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutris.
Adapun perbandingan untuk pembuatan media tanam dalam praktikum ini adalah: Untuk media tanam pertama (M0) menggunakan tanah tanpa campuran; untuk media tanam kedua (M1) menggunakan tanah 60%, eceng gondok 30% dan 10%; media tanam ketiga (M2) menggunakan tanah 50%, eceng gondok 40% dan kotoran sapi 10%. Sedangkan pada media tanam keempat (M3) menggunakan tanah 40%, eceng gondok 50% dan kotoran sapi 10%.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Inventarisasi Hutan